KBRI Islamabad Gerak Cepat Amankan Pangsa Pasar Sawit Indonesia di Pakistan

By Admin

nusakini.com--Kedudukan Pakistan sebagai pasar prospektif minyak sawit Indonesia perlu dipertahankan. Ada trend peningkatan permintaan produk minyak sawit seiring dengan laju positif pertumbuhan ekonomi Pakistan dan meningkatnya populasi di negara tersebut. Implementasi efektif Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) pada 2013 telah memberikan angin segar bagi Indonesia untuk mendominasi pasar sawit Pakistan sekaligus meraup surplus perdagangan Indonesia.

Keuntungan yang diraih Indonesia dalam perdagangan kelapa sawit di Pakistan saat ini tengah memerlukan pengamanan. Pakistan diantisipasi sedang menggodok langkah penerapan hambatan non tarif pada produk unggulan Indonesia tersebut. Sementara Malaysia pesaing utama Indonesia sedang mencari celah merebut posisi minyak sawit Indonesia di Pakistan yang mencapai 87%.  

Seperti diperkirakan, dalam upayanya memperkecil defisit perdagangan dengan Indonesia Pakistan kini tengah menggodok rencana penerapan hambatan non tarif (non tariff measures/NTMs) bagi produk asal Indonesia tersebut. Langkah ini ditempuh dengan dalih Indonesia telah melakukan hal yang serupa terhadap produk unggulan Pakistan. Pada saat yang sama, Malaysia sebagai pemain besar minyak sawit di Pakistan sedang mengkaji ulang Perjanjian Perdagangan Bebasnya dengan Pakistan dengan kemungkinan menurunkan tarif impor minyak sawit asal Malaysia. 

Sebagai langkah antisipasi, pada awal Januari 2017 Dubes RI Islamabad, Iwan Suyudhie Amri, menemui berbagai kalangan penting di Indonesia, antara lain Wamenlu, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI), Kementerian Perdagangan, Ketua Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, dan para wakil asosiasi pelaku usaha sawit Indonesia.

Semua pemangku kepentingan sepakat akan pentingnya menjaga dan meningkatkan posisi minyak sawit Indonesia di Pakistan. Dirjen PPI sebagai negosiator perundingan perdagangan Indonesia mendukung upaya Dubes RI dan menyatakan pihaknya akan mengirimkan pejabat senior pada Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi pada 21 Januari 2017 dan akan memimpin langsung Delri melakukan Pertemuan ke-2 Review Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) di Islamabad pada pertengahan Februari 2017.

PEOC akan menjadi ajang peningkatan mutual understanding antara pelaku usaha sawit kedua negara. Untuk itu, Kemendag dan BPDP menyambut positif PEOC sebagai forum strategis pengembangan bisnis sawit dan akan mengirim 20 delegasi menghadiri PEOC.  

Dubes RI mendorong berbagai lini baik pemerintah maupun kalangan usaha kedua negara untuk mengamankan dan memelihara posisi pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan. Langkah mengamankan sawit Indonesia di Pakistan juga ditempuh lewat berbagai program.

"Pembukaan kantor perwakilan sawit Indonesia di Pakistan, pembangunan tempat penampungan (storage) di Karachi, pembentukan Indonesia-Pakistan Palm Oil Friendship, maupun program Corporate Social Responsibility (CSR) para eksportir dan importir merupakan bentuk totalitas KBRI Islamabad untuk memelihara keunggulan sawit Indonesia di Pakistan serta menciptakan sustainable trade relations Indonesia-Pakistan", ungkap Dubes Iwan. 

Pada 2015, volume ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya mencapai 26,40 juta ton dan menghasilkan devisa sebesar USD 18 miliar. Dari lima destinasi ekspor utama minyak kelapa sawit dan turunannya, permintaan Pakistan meningkat signifikan 32% dari 1,66 juta ton di 2014 menjadi 2,19 juta ton di 2015. Dan Pakistan menyumbang surplus perdagangan Indonesia sebesar USD 1,8 milyar.​ (p/ab)